Aku sedang menengadah menatap langit malam ini. Kau tahu, langit sedang kelam seakan ia menyembunyikan panorama bintang bulan dari tatapan manusia malam ini. Saat ini aku yakin ada satu jiwa wanita yang menunggu dengan gusar untuk menyambut datangnya rumah barakah yang semuanya terawali dari ucapan calon imam pengguncang kerajaan Tuhan.
Kau tahu, malam ini pun seakan aku bisa merasakan gusar itu. Namun tenang cinta, semua akan baik-baik saja pada hitungan dua hari ke depan. Yakinlah bahwa Tuhan kita Yang Maha Penyayang sudah merancangnya dengan sangat sempurna. Jadi tenanglah.
Pada hari di mana dua jiwa yang berada dalam dua tubuh anak Adam yang berbeda akan disatukan melalui ikrar suci pengguncang kerajaan Tuhan. Dan pada hitungan waktu tersebut, aku tahu dunia seakan memaksamu ntuk tunduk dan taat pada titah seorang lelaki terbaik yang telah kau putuskan untuk memulai ceritera madu cinta dengannya.
Cinta kadang kita temui ia berwarna warni. Kadang memerah merona karena berbahagia. Namun adakalanya ia berwarna biru kelabu. Namun apapun guratan warna pada cinta yang sedang kalian jejaki, bagimu titahnya tetap bernomor wahid sebagai penghambaan kesetiaan pada Tuhan.
Aku tahu pada hitungan beberapa gontai waktu ke depan akan ada lelah juga penat saat kau melayaninya dan juga mendidik para malaikat kecilmu. Nmaun semoga titik-titik barakah itu selalu kau temui dalam tiap lelah juga penatmu. Berjanjilah bahwa kau hanya sudi menambatkan lelah dan penat pada zamrud syurgaNya.
Hei, kau tahu entah kenapa malam ini ada bongkahan di sudut ruang hatiku yang terasa hilang. Aku tidak mampu menamakannya apa namun seperti ada sesuatu yang pergi terbang mengangkasa pada langit.
Aku tahu esok semuanya berubah sekejap. Seluruh ketaatan juga waktumu akan berujung gontai utama pada sang imam.
Aku berdoa lamat-lamat dalam hati semoga masih tersisa ruang waktu antara aku dan kamu walau itu hanya untuk sekedar menanyakan kabar juga bercengkrama barang sejenak denganmu. Kau tahu di sini aku merindukan memori di mana kita menghabiskan waktu pada malam-malam untuk bercerita warna-warni kehidupan kita. Dan kau selalu menjadi pendengar yang memilih kata setia untuk diam beberapa jenak mendengarkan keluh serta peluhklu. Dan aku juga merindu waktu di mana saat malam kita kelelahanhingga akhirnya tidur bersama menguntai mimpi-mimpi dalam cahaya redup pelita. Memori itu seakan berputar-putar di kepalaku dan akan terus aku jaga lamat-lamat dalam pikirku. Dan aku tahu dalam waktu hitungan ke depan akan sulit bagiku juga bagimu untuk mengulangi memoar itu.
Aku kembali memandangi langit. Aaah seketika hati ini terkebas mengingatmu. Andai saja kau ada di sini, ingin aku memberikan peluk hangat sebagai ungkapan rasa bahwa betapa aku sangat menyayangimu karena Allah.
Teruntuk salah satu sahabat terindahku Fithratul Miladiyenti..
Walaupun saat ini langkahku tidak tersampai dikotamu, percayalah bahwa untai doa-doa tidak pernah aku kelu panjatkan pada Tuhan agar imanmu terus mendewasa seiring tumbuhnya rumah barakah yang mulai kau rajut dengannya.
Barakallahulaka wabaraka alayka wajama'i bainakuma fii khaiir..
Sepenuh cinta dan sayang
~dijee
-ditulis pada saat malam..sehari setelah akad menuju hari resepsi Mimil
Tangerang, 13 September 2013
No comments:
Post a Comment