Tahun 2014 di Indonesia merupakan tahun politik. Belakangan
ini kita sering jumpai pemandangan, berita, ataupun obrolan mengenai isu-isu
politik. Seperti hari ini saya pun menyaksikan pemandangan tersebut. Pagi-pagi
buta di hari Sabtu ini saya terburu-buru harus segera menuju Depok untuk
pemotretan JEEVA. Jarak Tangerang-Depok pun saya tempuh menggunakan kereta,
lalu disambung dengan ojek untuk menuju lokasi pemotretan di sebuah perumahan
di kota Depok.
“Bang kita ke GDC ya, ngebut ya bang, tolong banget karena
saya ngejar waktu”, ujarku pada tukang ojek yang saya tumpangi.
Setelah kami bernegosiasi mengenai tarif, tukang ojek
tersebut hanya mengangguk mantap. Tak banyak cakap, ia pun langsung mengendarai
motornya dengan kecepatan kilat. Saya pun berpengan erat pada ujung besi
belakang jok motor. Motor tersebut sangat kencang berlari. Memasuki komplek
perumahan, kecepatan motor masih tinggi. Mungkin si bapak sangat paham atas
kondisi saya yang tengah berburu dengan waktu. Sampai di pertengahan komplek,
terlihat jalan padat merayap.
“wah ada apa nih, menghambat saja” batin saya dalam hati.
Sejauh mata memandang, saya menyaksikan beberapa parpol
sedang berkampanye. Mempromosikan nama-nama caleg dari partai-partai mereka.
Mau tidak mau saya bersama tukang ojek harus menunggu rombongan kampanye itu
lewat. Wajah-wajah mereka terlihat bahagia. Bahkan ada satu mobil yang dihias
sedemikian rupa dikususkan untuk para ibu yang sudah bermake-up dan mereka
beryel-yel di sana. Heboh sekali. Cukup lama kami harus menunggu rombongan itu
lewat. Saya pun nanar memandangi ini semua.
Dari tahun ke tahun, dari pemilu ke pemilu. Kita pasti
ditawarkan beberapa calon legislatif sampai dengan calon presiden yang harus
kita pilih. Warga masyarakat Indonesia masih memiliki pola yang sama, ada yang
menggunakan hak suaranya dan ada juga yang memilih golput. Memberikan suara
kita dalam pemilu adalah merupakan hak tiap warga negara. Hanya sebatas pada hak, bukan kewajiban.
Namun hak disini sifatnya adalah crucial.
Mengapa saya katakan crucial? Karena
satu suara kita akan sangat berpengaruh pada nasib Indonesia 5 tahun ke depan.
Siapa yang memimpin Indonesia,keputusannya ada di hak-hak suara yang ada di
dalam jiwa-jiwa kita.
Walaupun ketika kita pikir-pikir dan menimbang-nimbang,
sepertinya jajaran calon pemimpin bangsa ini masih jauh dari ideal. Namun
dibalik itu semua harusnya kita memberi apresiasi bagi jiwa-jiwa yang
terpanggil untuk mempimpin Indonesia, karena bukanlah hal yang mudah memimpin
sebuah negara yang ada didalamnya 200 juta lebih penduduk. Apakah ketika ada
sodoran tersebut ke diri kita, lantas kita mau mengiyakan? Pasti kita akan
berpikir ribuan kali bukan? Apapun niat yang ada di nurani para calon pemimpin
negeri ini hanya Tuhan yang tahu. Tugas kita hanyalah menggunakan hak suara
kita dengan sehat dan cerdas. Apakah kita rela bangsa ini dipimpin dengan orang
yang jauh dari capable? Saya pribadi tidak terlalu suka dengan isu-isu politik,
namun ketika masa pemilu tiba maka saya coba memaksa diri saya mengenali satu
per satu calon pemimpin negeri ini. Sampai pada satu titik, saya memantapkan
diri untuk memilihnya.
Banyak yang berpendapat, buat apa memilih toh pemimpin yang ditawarkan semuanya
begitu, sama saja..mending golput saja! Tahukah kalian bahwa Pada 2009 Jumlah Golput tercatat 49.677.776 atau 29,1 persen,
mengalahkan jumlah suara Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu yang hanya
memperoleh 21.703.137 atau 20,85 persen dari total jumlah pemilih yang
terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT). Pemilu tahun lalu, jumlahnya hampir
menuju angka 50 juta, dan mirisnya jika jumlah tersebut melebihi jumlah suara
partai pemenang.
Entah apa yang melatarbelakangi golongan
putih ini. Kekecewaan, rasa malas, atau yang lainnya kah? Ketika kecewa,
sebenarnya memilih untuk tidak memberikan suara malah akan memberikan rasa
kecewa yang jauh lebih dalam jika pemimpin yang terpilih pada akhirnya akan
benar-benar mengecewakan masyarakat. Maka memilih dengan cerdas adalah sebuah
solusi utama.
Ketika malas memberikan suara, maka kita
tergolong kaum-kaum yang malas untuk berkontribusi bagi bangsa ini. Memberikan
suara saja malas, bagaimana mau menjadi solusi bagi hiruk pikuk permasalahan
bangsa ini? Maka memilih dengan cerdas adalah sebuah solusi utama.
Atau kadang ada yang berpendapat, satu
suara di saya ketika saya golput sudahlah tidak signifikan pengaruhnya! Jika
yang berpendapat seperti ini hanya 1 orang memang tidak signifikan berpengaruh,
namun bayangkan ketika puluhan juta jiwa memiliki pendapat yang sama seperti
itu! Maka harusnya puluhan jumlah suara yang harusnya mampu menentukan arah siapa pemimpin
negeri, menjadi fungsi-fungsi suara mati. Tak bertuan. Hanya terbang bersama
angin.
Satu suara kita sangatlah berpengaruh
bagi masa depan negeri ini 5 tahun mendatang. Janganlah menutup mata, telinga,
juga akal terhadap ikhwal ini. Kita harus menjadi “jalan” terpilihnya pemimpin
Indonesia yang jauh lebih baik walaupun pada faktanya masih banyak calon yang
masih jauh dari kesempurnaan. Cobalah telaah satu per satu latar belakang apa,
siapa, dan bagaimana sepak terjang mereka memimpin sebelumnya, karena biasanya
gaya mereka memimpin akan membentuk suata pola kepemimpinan. Pilihlah yang
amanah dan mengedepankan hati nurani dalam memimpin, walaupun jenis pemimpin
ini hanya mampu kita hitung dengan jari jumlahnya di Indonesia. Bagaimana jika
kriteria tersebut tidak ada pada calon-calon yang disodorkan pada kita?
Pilihlah yang mendekati atau setidaknya pilihlah sosok yang memiliki partai
yang credible menyokong di belakangnya.
Jangan hanya diam, cuek, dan masa bodo
terhadap hak suara yang kita punya. Jika itu yang kita pilih, maka sesungguhnya
seujung kuku pun kita tidak peduli terhadap masa depan bangsa ini. Bangsa
Indonesia yang masih harus terus berbenah didalamnya, banyak pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan bersama oleh pemimpin juga masyarakatnya. Harus
bersinergi antara pemimpin dan yang dipimpin. Bagaimana agar sinerginya
positif? Salah satunya ada di tangan pemimpin yang “tepat”. Semoga pemimpin yang terpilih kelak, Allah
berikan kekuatan mengemban amanah bangsa ini. Tunjukkan kepedulianmu terhadap
bangsa ini, dengan memilih. Gunakan hak pilihmu dengan sehat dan cerdasJ Bismillah...
Tangerang, 15 Maret 2014
No comments:
Post a Comment