Saturday, March 15, 2014

Riuh Pesta Partai

Tahun 2014 di Indonesia merupakan tahun politik. Belakangan ini kita sering jumpai pemandangan, berita, ataupun obrolan mengenai isu-isu politik. Seperti hari ini saya pun menyaksikan pemandangan tersebut. Pagi-pagi buta di hari Sabtu ini saya terburu-buru harus segera menuju Depok untuk pemotretan JEEVA. Jarak Tangerang-Depok pun saya tempuh menggunakan kereta, lalu disambung dengan ojek untuk menuju lokasi pemotretan di sebuah perumahan di kota Depok.

“Bang kita ke GDC ya, ngebut ya bang, tolong banget karena saya ngejar waktu”, ujarku pada tukang ojek yang saya tumpangi.
Setelah kami bernegosiasi mengenai tarif, tukang ojek tersebut hanya mengangguk mantap. Tak banyak cakap, ia pun langsung mengendarai motornya dengan kecepatan kilat. Saya pun berpengan erat pada ujung besi belakang jok motor. Motor tersebut sangat kencang berlari. Memasuki komplek perumahan, kecepatan motor masih tinggi. Mungkin si bapak sangat paham atas kondisi saya yang tengah berburu dengan waktu. Sampai di pertengahan komplek, terlihat jalan padat merayap.
“wah ada apa nih, menghambat saja” batin saya dalam hati.

Sejauh mata memandang, saya menyaksikan beberapa parpol sedang berkampanye. Mempromosikan nama-nama caleg dari partai-partai mereka. Mau tidak mau saya bersama tukang ojek harus menunggu rombongan kampanye itu lewat. Wajah-wajah mereka terlihat bahagia. Bahkan ada satu mobil yang dihias sedemikian rupa dikususkan untuk para ibu yang sudah bermake-up dan mereka beryel-yel di sana. Heboh sekali. Cukup lama kami harus menunggu rombongan itu lewat. Saya pun nanar memandangi ini semua.


Dari tahun ke tahun, dari pemilu ke pemilu. Kita pasti ditawarkan beberapa calon legislatif sampai dengan calon presiden yang harus kita pilih. Warga masyarakat Indonesia masih memiliki pola yang sama, ada yang menggunakan hak suaranya dan ada juga yang memilih golput. Memberikan suara kita dalam pemilu adalah merupakan hak tiap warga negara.  Hanya sebatas pada hak, bukan kewajiban. Namun hak disini sifatnya adalah crucial. Mengapa saya katakan crucial? Karena satu suara kita akan sangat berpengaruh pada nasib Indonesia 5 tahun ke depan. Siapa yang memimpin Indonesia,keputusannya ada di hak-hak suara yang ada di dalam jiwa-jiwa kita.

Walaupun ketika kita pikir-pikir dan menimbang-nimbang, sepertinya jajaran calon pemimpin bangsa ini masih jauh dari ideal. Namun dibalik itu semua harusnya kita memberi apresiasi bagi jiwa-jiwa yang terpanggil untuk mempimpin Indonesia, karena bukanlah hal yang mudah memimpin sebuah negara yang ada didalamnya 200 juta lebih penduduk. Apakah ketika ada sodoran tersebut ke diri kita, lantas kita mau mengiyakan? Pasti kita akan berpikir ribuan kali bukan? Apapun niat yang ada di nurani para calon pemimpin negeri ini hanya Tuhan yang tahu. Tugas kita hanyalah menggunakan hak suara kita dengan sehat dan cerdas. Apakah kita rela bangsa ini dipimpin dengan orang yang jauh dari capable? Saya pribadi tidak terlalu suka dengan isu-isu politik, namun ketika masa pemilu tiba maka saya coba memaksa diri saya mengenali satu per satu calon pemimpin negeri ini. Sampai pada satu titik, saya memantapkan diri untuk memilihnya.

Banyak yang berpendapat, buat apa memilih toh pemimpin yang ditawarkan semuanya begitu, sama saja..mending golput saja! Tahukah kalian bahwa Pada 2009 Jumlah Golput tercatat 49.677.776 atau 29,1 persen, mengalahkan jumlah suara Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu yang hanya memperoleh 21.703.137 atau 20,85 persen dari total jumlah pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT). Pemilu tahun lalu, jumlahnya hampir menuju angka 50 juta, dan mirisnya jika jumlah tersebut melebihi jumlah suara partai pemenang.

Entah apa yang melatarbelakangi golongan putih ini. Kekecewaan, rasa malas, atau yang lainnya kah? Ketika kecewa, sebenarnya memilih untuk tidak memberikan suara malah akan memberikan rasa kecewa yang jauh lebih dalam jika pemimpin yang terpilih pada akhirnya akan benar-benar mengecewakan masyarakat. Maka memilih dengan cerdas adalah sebuah solusi utama.

Ketika malas memberikan suara, maka kita tergolong kaum-kaum yang malas untuk berkontribusi bagi bangsa ini. Memberikan suara saja malas, bagaimana mau menjadi solusi bagi hiruk pikuk permasalahan bangsa ini? Maka memilih dengan cerdas adalah sebuah solusi utama.

Atau kadang ada yang berpendapat, satu suara di saya ketika saya golput sudahlah tidak signifikan pengaruhnya! Jika yang berpendapat seperti ini hanya 1 orang memang tidak signifikan berpengaruh, namun bayangkan ketika puluhan juta jiwa memiliki pendapat yang sama seperti itu! Maka harusnya puluhan jumlah suara yang  harusnya mampu menentukan arah siapa pemimpin negeri, menjadi fungsi-fungsi suara mati. Tak bertuan. Hanya terbang bersama angin.

Satu suara kita sangatlah berpengaruh bagi masa depan negeri ini 5 tahun mendatang. Janganlah menutup mata, telinga, juga akal terhadap ikhwal ini. Kita harus menjadi “jalan” terpilihnya pemimpin Indonesia yang jauh lebih baik walaupun pada faktanya masih banyak calon yang masih jauh dari kesempurnaan. Cobalah telaah satu per satu latar belakang apa, siapa, dan bagaimana sepak terjang mereka memimpin sebelumnya, karena biasanya gaya mereka memimpin akan membentuk suata pola kepemimpinan. Pilihlah yang amanah dan mengedepankan hati nurani dalam memimpin, walaupun jenis pemimpin ini hanya mampu kita hitung dengan jari jumlahnya di Indonesia. Bagaimana jika kriteria tersebut tidak ada pada calon-calon yang disodorkan pada kita? Pilihlah yang mendekati atau setidaknya pilihlah sosok yang memiliki partai yang credible menyokong di belakangnya.


Jangan hanya diam, cuek, dan masa bodo terhadap hak suara yang kita punya. Jika itu yang kita pilih, maka sesungguhnya seujung kuku pun kita tidak peduli terhadap masa depan bangsa ini. Bangsa Indonesia yang masih harus terus berbenah didalamnya, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama oleh pemimpin juga masyarakatnya. Harus bersinergi antara pemimpin dan yang dipimpin. Bagaimana agar sinerginya positif? Salah satunya ada di tangan pemimpin yang “tepat”.  Semoga pemimpin yang terpilih kelak, Allah berikan kekuatan mengemban amanah bangsa ini. Tunjukkan kepedulianmu terhadap bangsa ini, dengan memilih. Gunakan hak pilihmu dengan sehat dan cerdasJ Bismillah...







Tangerang, 15 Maret 2014

Panorama Pagi


 Aku terbangun dan menghirup udara
Menghentikan cerita mimpi malam yang tengah kurajut
Aku mencoba berdialog dengan jiwa
Memberi dogma-dogma bahwa hari ini adalah hari yang indah

Setiap awal hari kusambut dengan kebersyukuran
Adanya nikmat iman yang masih membimbing akal juga nurani
Adanya nikmat sehat untuk menjalani hari
Nikmat keluarga pemberi kehangatan

Pagi ini aku merasa lebih hidup dari sebelumnya
Akan kutuliskan lagi mimpi-mimpiku
Dan mencoba membawanya pada kerajaan langit
Di mana Sang Raja dari segala raja bersemayam di sana

Pagi ini indah
Kusambut dengan senyum merekah
Mari jalani hari dengan indah, jauhi gundah
Yakinlah selalu ada skenario romantis yang digurat oleh Dzat Yang Maha Indah

Terima kasih Allah,,, atas berlipat-lipat kebaikanMu,,, atas berlipat-lipat pertolonganMu sampai detik hari ini,,, tolong bimbin iman kami yang sering terseok-seok ini ya Rabb,, untuk tetap berketaatan padaMu,, hingga kami meninggalkan bumiMu,, dan semoga kami mampu memberikan sebanyak-banyaknya manfaat untuk agama dan umatmu,, sebelum catatan kehidupan kami akhiri.
Hasbunallah wani’mal wakil...ni’mal maula wani’manaasiiir...


Tangerang, 16 Maret 2014







Berbenah Pada yang Awal

"Andai perjuangan ini mudah, pasti ramai yang menyertainya...

Andai perjuangan ini singkat, pasti ramai yang istiqamah...

Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia, pasti ramai orang yang tertarik padanya...

Tetapi hakikat perjuangan bukanlah begitu, turun naiknya sakit pedihnya, umpama kemanisan yang tidak terhingga...

Andai rebah, bangkitlah semula. Andai terluka, ingatlah janjiNYA."
(Imam Hasan Al Banna)


Beberapa bait tulisan Hasan Al-Banna di atas adalah salah satu rentetan kata yang melecutkan semangat ketika di tengah-tengah ikhtiar saya pribadi sedang mulai melemah. Yup masing-masing dari kita pasti memiliki cita, mimpi, harapan atau istilah lain yang sejenis. Pasti dibutuhkan ikhtiar sekeras baja untuk mencapainya. Tidak pernah kita temui kamus kehidupan bagi orang yang ongkang-ongkang kaki ataupun bermalas-malasan berujung pada cerita manis. Semua pasti ada yang dikorbankan, ada yang diperjuangkan.

Namun sebelum menuju ke arah itu semua, sebenarnya ada satu poin penting yang ini menjadi sumber dari segala sumber. Ia terletak di bagian depan. Ikhwal ini yang pertama kali diperiksa olehNya ketika kita dikembalikan padaNya kelak. Hanya satu kata sederhana: NIAT.

Selalu teringat pada pesan Rasulullah.. Innamal a’malu binniyat. Sesungguhnya segala amalan itu tergantung pada niatnya. Niat, kata sederhana namun pada proses yang kita lalui ia kadang sangat mampu berbelok. Maka ketika hendak melakukan sesuatu hendaknya bertafakurlah sejenak, berdialog dengan Tuhan maupun diri sendiri, periksa dan periksa, apa niat saya melakukan ini semua? Semoga selalu ada kebaikan dalam niat perbuatan yang kita lakukan kemarin, saat ini, dan di masa mendatang. Dan semoga kebaikan itu selalu ada untuk agama, keluarga, dan umat, bukan hanya berfokus pada kebaikan untuk diri kita sendiri. 

Ketika sedang lelah berikhtiar dan merasa “niat” sedang berbelok arah, tak lagi sama dengan niatan awal. Maka bertafakurlah sejenak. Telisik lagi niat di awal, samakan frekuensinya dengan niat di tengah proses yang sedang kita lalui. Berbenah niat, bukanlah suatu hal yang mudah. Pasti akan banyak goda duniawi di dalamnya. Maka sungguh beruntung orang-orang yang selalu berbenah niat di awal, di tengah, hingga akhir perbuatannya dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.

Semoga DzatNya senantiasa membimbing nurani kita untuk terus berbenah niat. Semoga.