Hari ini aku menyengaja tidak masuk kantor karena ingin mengambil transkrip nilai di kampus tercinta, Psikologi UI^^
Seperti biasa, aku sudah membuat janji sebelumnya dengan teman baik seangkatanku yang bernama Mba Indah, seorang ibu cantik usia 40 tahunan yang telah dianugerahi 3 orang anak.
Sekitar jam 10.30 kami bertemu dan bersama-sama mengambil transkrip nilai. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobilnya mba Indah menuju tempat makan khusus mie di daerah margonda Depok. Namun sesampainya di sana, aku malah lebih memilih makan dengan ayam, entahlah karena menurutku ayam itu lebih nikmat dan bergizi dibandingan makanan yang bernama mie.
Di tempat itulah kami mulai bercerita mengenai berbagai hal. Jujur aku sangat suka bercerita dengan mba Indah. Banyak pengalaman hidupnya yang membuat aku terus banyak belajar mengenai 'rahasia kehidupan'. Topik hangat yang selalu jadi perbincanganku dengan mba Indah adalah topik pernikahan hingga rumah tangga. Mba Indah tidak sungkan sama sekali menceritakan haru biru kehidupan pernikahannya dengan sang suami yang telah berlangsung lebih dari 10 tahun lamanya.
Mba Indah selalu mengajarkan kepadaku untuk menanamkan rasa cinta tertinggi pada Sang Khalik di atas segala-galanya. Pada akhirnya pelajaran tersebut dapat ia petik dari pengalaman ia berumah tangga. Mulai dari rasa bahagia hingga haru yang pada akhirnya membuat ia sadar bahwa cinta tertinggi memang harus dan pantasnya hanya ditujukan pada Allah..bukan pada suami ataupun anak-anak. Karena menurutnya, cinta pada Dzat selain Allah hanya bersifat semu dan sementara di dunia ini. Setidaknya cinta kita pada pasangan hidup, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya akan dipisahkan oleh ajal, dan tidak ada yang kekal kecuali, Dzat Maha Cinta, Allah:)
Selain itu 1 hal yang paling aku suka dari mba Indah adalah kepasrahannya dalam menjalani takdir Allah. Mba Indah selalu mengajarkanku ketika memiliki keinginan khusus, tetaplah berusaha dan berdo'a sekuat mungkin, namun selalu libatkan Allah didalamnya. Mohon dengan kuat agar Allah selalu memberikan keputusan terbaikNya yang kita butuhkan.
Seperti misalnya, ketika mba Indah sedikit gusar dengan tindak tanduk suaminya. Maka ia hanya berdo'a kepada Allah agar Allah senantiasa menjaga suaminya dengan segala kesempurnaanNya. Dengan berdo'a demikian, ia tiada lagi menemukan gulana di kalbunya, yang tersisa hanya rasa sakinah pada hati.
Ya rumus kehidupan memang mudah untuk diformulasikan. karena notabene tugas kita hanya meningkatkan ikhtiar, amal, dan do'a jika kita menginginkan sesuatu yang kita idam-idamkan. Namun selalulah libatkan Allah didalamnya agar kita selalu berada dalam bimbinganNya. Pada akhirnya tawakkal merupakan kunci dari segalanya, serahkan segala sesuatu yang telah kita upayakan, yang telah kita payahkan, yang telah kita munajatkan ke kehadirat Allah. Biar saja KeMahaSempurnaan Allah yang mengatur segala sesuatunya melalui cara-cara terindahNya.
Seperti firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah: 216
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Sudah tidak ada lagi sanggahan ketika kita berbenturan dengan ayat di atas.
Berkeinginanlah..upayakan itu semua dapat terwujud dengan kerja keras baja dan do'a penuh harap.
Namun pada akhirnya fungsi tawakkal yang akan menjadi ujung dari rencana kita..
Bertawakkallah agar engkau ridha..
Bertawakkallah agar hatimu sakinah..
Dan bertawakkallah agar rencana-rencana baik Allah selalu tertumpah ruah padamu..
Maka sempurnakanlah segala sesuatu dengan tawakkal padaNya!! ;)
-pojok perpus psikologi-
Jum'at, 16 Muharram 1434H
(30112012)
No comments:
Post a Comment